Pemuda, Harapan Islam
Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Seiring berkembangnya zaman yang semakin
maju yang biasa disebut era Globalisasi. Era yang menghadirkan perubahan pada
berbagai aspek kehidupan. Era yang mengubah tatanan kehidupan
manusia dari tradisional menuju modern. Era dimana segala sesuatu dapat dilakukan
dan diperoleh secara instan. Pada intinya era globalisasi adalah era yang
semakin memanjakan manusia dalam mengerjakan segala aktivitas kehidupannya.
Disatu sisi era ini membawa dampak positif misalnya dalam hal komunikasi, pesan
yang ingin disampaikan kepada orang lain dapat diterima orang lain tersebut
hanya dalam hitungan menit bahkan detik tanpa mengenal jarak dan waktu.
Disisi lain era globalisasi juga membawa
dampak negatif. Salah satu contohnya nilai sosial dan hubungan antar sesama
manusia semakin turun. Memang dengan komunikasi yang semakin canggih dapat
mendekatkan yang jauh, namun terkadang juga menjauhkan yang dekat. Era
globalisasi seakan meninabobokan manusia dalam kenyamanan dengan berbagai
teknologinya.
Di negeri ini, era globalisasi identik
dengan era yang membuka pintu lebar-lebar masuknya budaya asing yang membuat
tatanan hidup mereka cenderung mirip orang asing daripada nenek moyangnya.
Akibat dari terbukanya pintu dan tanpa ada filter yang kuat, membawa suatu
virus ganas. Virus yang lebih dikenal dengan F4(Food, Fun, Fashion dan Film) dapat
menyerang dan melumpuhkan kepribadian orang-orang di negeri ini khususnya
pemuda. Pertama Food, realita dilapangan menunjukan
orang di negeri ini lebih bangga ketika makan Steak, Pizza, Burger dan
sejenisnya daripada makan pecel, klepon dan makanan tradisional lainnya.
Kedua Fun, banyak pemuda yang lebih senang tongkrongan sambil
gitaran atau pacaran sana sini daripada belajar. Hal ini terjadi karena
doktrin-doktrin negatif yang masuk ke kepala mereka akibat semakin majunya
teknologi. Ketika kita flashback ke beberapa puluh tahun yang lalu betapa luar
biasanya pemuda pada saat itu, walaupun hanya dengan teknologi seadanya namun
tak menjadikan mereka bermalas-malasan dan bersenang-senang justru hal tersebut
yang menyulut semangat mereka untuk belajar agar dapat merubah kehidupannya
kearah yang lebih baik. Ketiga Fashion, fashion atau penampilan tak
luput dari pengaruh barat. Pakaian ketat, rok mini, gaya rambut acak-acakan
menggeser kearifan dan kesantunan budaya lokal. Mereka menganggap itu lebih
keren dan stylis daripada budaya lokal yang dianggap norak dan
ketinggalan jaman. Keempat Film, akhir-akhir ini kita sering
melihat film-film bergenre horor namun diselingi adegan-adegan sensualitas.
Selain film tersebut, dikalangan pemuda banyak beredar video-video yang tak
layak mereka tonton. hal itu seakan mendukung pikiran liberal pemuda-pemuda
dalam berimajinasi sehingga tak sedikit pikiran liberal tersebut yang
diinternalisasikan dan akhirnya banyak terjadi sex bebas, hamil diusia sekolah
dan sebagainya. Bahayanya virus F4 tidak hanya menjangkit pemuda biasa saja
tapi pemuda islam juga tertular ganasnya virus ini.
Sudah saatnya pemuda islam bangun dari
ninabobok dampak globalisasi. Sudah saatnya pula bangkit dan mencari serta
merebut setiap peluang yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam di era
globalisasi. Dengan dampak-dampak globalisasi itu hendaknya tidak menghalangi
pemuda-pemuda islam untuk bergerak. Bergerak disini bukan berarti menolak atau
pun memerangi era globalisasi tetapi bagaimana pemuda-pemuda islam mampu
menempatkan dirinya dan mampu mengambil peran penting dalam era ini. Sebagai
pemuda islam, jangan menutup diri terhadap perkembangan jaman. Tetapi hendaknya
mempunyai prinsip seperti prinsip orang jepang, “ambil yang baik, buang
yang buruk dan ciptakan yang baru” dan tentunya yang diambil itu yang
sesuai syariat tanpa melanggar ketentuan Alqur’an maupun hadits. Dengan prinsip
tersebut harapannya dapat mengubah mindset orang awam yang beranggapan bahwa
islam itu konotasinya kuno, bodoh dan ketinggalan jaman berubah menjadi lebih
berfikir positif terhadap islam.
Pemuda islam juga harus membuka diri
terhadap perkembangan teknologi yang semakin canggih artinya pemuda islam
mempelajarinya atau bahkan menciptakan teknologi baru yang lebih canggih.
Karena Alloh tidak hanya menyuruh umatnya untuk belajar mengenai islam saja
namun juga untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Dalam hadits
Rosululloh Bersabda, “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina” (HR.Ibnu
Abdil). Padahal waktu itu negeri cina bukanlah negeri yang mayoritas islam
sehingga dari hadits tersebut dapat diartikan bahwa islam sangat menganjurkan
umatnya untuk belajar segala ilmu selama masih dalam koridor syariat. Dengan
adanya kemauan belajar dan sifat ulet serta pantang menyerah dalam belajar akan
melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim di era modern.
Selain itu, Pemuda islam dapat
memanfaatkan teknologi untuk kemajuan dan dakwah islam. Bila menelisik lebih
jauh tentang kebiasaan mayoritas pemuda termasuk pemuda islam. Mereka seakan
mempunyai satu dunia baru yakni dunia maya. Dunia yang membuat mereka nyaman
dan leluasa untuk berekspresi tanpa ada batasan. Walaupun belum ada lembaga
survey yang memberikan persentase pemuda negeri ini yang punya akun facebook
maupun twitter. Tetapi melihat realita yang ada, mayoritas sudah mempunyai akun
facebook atau twitter. Pemuda islam dapat mengambil perannya sebagai dai dengan
menjadikan sosial media itu sebagai media dakwah sehingga akun tersebut membawa
kebermanfaatan baik bagi dirinya maupun orang lain.
Dibidang ekonomi, pemuda islam dapat
menerapkan muamalah sesuai syariat islam tanpa ada riba dalam setiap transaksi
yang dilakukan. Fakta telah memperlihatkan bahwa sistem ekonomi yang diterapkan
bangsa-bangsa barat tidak mampu menghadapi krisis global. Tetapi hanya sistem
yang sesuai syariat islam yang mampu bertahan. Ini membuktikan bahwa sistem
ekonomi yang dibangun dan dikembangkan sesuai syariat islam mampu menghadapi
era globalisasi. Sistem ekonomi ini bila diterapkan dan ditekuni maka bukan
tidak mungkin negeri-negeri islam yang masih miskin dapat sejajar dengan
negeri-negeri kaya.
Dibidang politik, sistem kapitalis dan
liberalis yang diterapkan bangsa-bangsa barat secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan pemuda islam. Sistem-sistem itu membuat pemuda cenderung
berprilaku liar dan ternyamankan oleh sistem sehingga nilai solidaritas dalam
dirinya menurun. Sejarah mencatat dimana pemerintahan dengan sistem
kekhalifahan mampu menaungi hampir 2/3 dunia dengan kedamaian dan ketentraman
dibawah naungan panji islam. Keimanan dan ketaqwaanlah yang menjadi rahasia
mereka mencapai kejayaan. Peran pemuda islam disini adalah menanamkan
nilai-nilai kekhalifahan kepada pemimpin atau setidaknya sebagai
generasi yang akan memegang pimpinan selanjutnya sudah mempersiapkan diri dan
membekali diri sebaik-baiknya sehingga kedamaian dibawah naungan islam kembali
terjadi di era globalisasi.
Peran-peran tersebut dapat
direalisasikan manakala pemuda islam mempunyai pondasi yang kuat dan kokoh agar
tujuan mulia itu tercapai bukan malah terbawa arus negatif globalisasi.
Setidaknya ada 4 hal sebagai pondasi tersebut, yaitu:
·
Tauhid yang kuat
Tauhid yang
kuat akan mendorong seseorang berhati-hati melakukan sesuatu khususnya
perbuatan negatif. Dengan adanya tauhid yang kuat perilaku akan selalu terjaga
karena setiap akan melakukan sesuatu selalu ada pertimbangan apakah yang akan
dilakukan nantinya diridhoi Alloh atau tidak. Sehingga menimbulkan output
perbuatan-perbuatan yang baik karena ada kontrol dari ketauhidan yang kuat.
·
Pemahaman agama yang kuat
Ilmu agama
adalah salah satu podasi dalam mengarungi hidup yang berkah. Tanpa agama hidup
seseorang akan kacau dan tak terarah. Dalam hal ini, bukan hanya pemahaman dan
pengetahuan tentang islam yang kuat namun juga mampu menerapkannya. Aqidah yang
kuat, akhlaq yang baik dan istiqomah dalam beribadah wajib maupun sunnah yang
membentengi orang dari berbagai ancaman yang dapat membahayakannya.
·
Ilmu pengetahuan yang lebih
Ilmu
pengetahuan yang lebih akan membantu pemuda islam dalam menjalankan peranya
sebagai perubah peradaban. Tanpa ilmu bagaimana mungkin ia dapat melakukan
perubahan. Tentunya seorang yang ingin merubah sistem pemerintahan haruslah
mengerti dan memahami ilmu tentang pemerintahan. Tanpa pemahaman dan
pengetahuan perubahan yang akan dilakukan justru akan memperburuk sistem
pemerintahan. Pemuda islam tidak hanya dituntut untuk menekuni satu bidang ilmu
saja namun juga menekuni berbagai bidang. Sehingga dengan bekal ilmu yang cukup
ia siap melakukan perubahan dimana saja.
·
Niat tulus dan komitmen
Setiap
perbuatan tergantung pada niatnya. Sebagai agent of change sudah
menjadi keharusan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang didasari dengan
niat semata-mata karena Alloh untuk merubah dari tatanan yang buruk kearah yang
baik. Niat yang benar akan menghadirkan komitmen yang kuat sehingga mampu
menangkis segala ancaman-ancaman yang mencoba menghadang. Selain itu juga
menghadirkan Ghiroh atau semangat pantang menyerah untuk berjuang menjalankan
peran dalam menghadapi tantangan global.
Pada dasarnya
di era globalisasi, pemuda islam memikul suatu beban berat yakni merubah
tatanan-tatanan kehidupan yang buruk kearah yang lebih baik untuk segala aspek
kehidupan. Memang itu sangat membutuhkan perjuangan yang super ekstra keras
agar terealisasi menjadi nyata. Man Jadda wa Jada Barang siapa
yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya. Sejarah sudah memberi
teladan betapa luar biasa perjuangan yang dilakukan Muhammad Al-fatih untuk
melakukan perubahan yakni dengan menjalankan kapal besar dilautan gurun. Selain
itu ada Shalahuddin Al-Ayyubi dengan usaha dan perjuangannya
yang tak kalah luar biasa dengan Al-Fatih dalam menaklukan Yerussalem. Itu
hanya dua contoh dimana seorang diusia mudanya mampu mengoptimalkan peluang
untuk merubah peradaban.
Kini tinggal
kita sebagai salah satu pemuda islam ingin menempatkan posisi dimana, menjadi
aktor utama perubahan, pemeran pendukung atau bahkan yang lebih ironis hanya
menjadi penonton. Pertanyaan tersebut hanya kita yang bisa menjawab
dan bukan hanya sekedar jawaban dari mulut tapi juga ada realisasinya. Mereka
saja yang pada jaman teknologi masih sederhana dapat mengambil peluang dan
berperan sebagai agent of change, mengapa kita
tidak? Mumpung masih muda, semangat masih membara, inovasi dan kreativitas
terus ada dan didukung teknologi yang luar biasa maka marilah bersama rapatkan
barisan untuk menjadi Al-Fatih atau Al-Ayubi era modern yang cerdas mengambil
setiap peluang dan menciptakan perubahan. Sudah bukan saatnya pula berselisih
sesama muslim tapi saatnya bersatu membentuk kesatuan padu untuk menghadapi
segala bentuk ancaman terhadap islam. Sehingga umat ini tetap menyadang
gelar Khairu ummah di bumi Alloh SWT.
0 komentar :
Posting Komentar