Pages

Selasa, 30 September 2014

TUGAS SENI BUDAYA



       pagi teman2 smkn takeran ini ane sbgai admin mau berbagi file tugas senibudaya bagi yang belum mengumpulkan tugas terakhir tanggal 30 oktober luw .jadi segera di kumpulkan ya untuk donload silahkan klik link DISINI cara downloadnya;

1. klik link diatas
2. login 4shared dulu jika tidak punya akun bisa daftar caranya pun juga mudah
3. klik unduh (jangan klik download)
4. pilih download yang gratis jangan yang premium jika tidak punya akun premiun
5. enjoy

oiy tolong jangan samakan ya jawaban di file nya agar nilainya bagus hehe ..,,,,

untuk pertanyaan lebih lanjut bisa di tanyakan lewat BBm 7FBFD26D

Senin, 15 September 2014

Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi MudaDi Era Teknologi

 Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi MudaDi Era Teknologi

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 TAKERAN

Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanyabangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia.

Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya dengan tata nilai yang popular di negara asing.

Di era globalisasi yang tidak mampu menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.

Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang, bila karakter suatu bangsa hilang maka tidak ada lagi nama bangsa Indonesia di peta dunia.

Dewasa ini karakter bangsa kita dipandang sebelah mata oleh negara lain, bahkan banyak orang-orang Indonesia tidak mau mengakui bahwa dirinya berasal dari Indonesia, mereka malu menjadi orang Indonesia. Hal ini mereka akui karena banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia. Mereka takut negara lain memandang mereka berasal dari negara teroris, atau negara para koruptor, negara yang memiliki segalanya tetapi tidak mampu mengolah sumber daya alamnya, negara bodoh, negara penonton, negara majemuk yang masyarakatnya sering ricuh antar etnis, mementingkan diri sendiri dan sukunya tanpa mempedulikan orang lain, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme, atau negara yang tidak memiliki kualitas dalam bidang apapun.

Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Sehubungan dengan hal tersebut, Karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran yang kontinyu. Proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa. Seiring denga era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa indonesia tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.

1.1  Rumusan Masalah

Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun karakter dalam diri seorang generasi muda dan bagaimana peranan seorang generasi muda dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi sekarang ini?.

1.2  Tujuan

Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat kita lakukan dalam upaya pembentukan karakter Generasi muda dan peranannya dalam menghadapi berbagai permasalahan dan persaingan di era globalisasi saat ini.

1.3  Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunakan study pustaka dan juga observasi langsung di lingkungan sosial masyarakat.

1.4  Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah                                                       

1.2  Tujuan Masalah

1.3  Rumusan Masalah     

1.4  Metode Penulisan                                                                             

1.5  Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Globalisasi

2.2  Ciri-ciri Globalisasi

2.3  Proses Globalisasi

2.4  Karakter Bangsa

2.4.1        Pengertian Karakter Bangsa

2.4.2        Nilai-Nilai Karakter Bangsa

2.4.3        Pentingnya karakter Bangsa

2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda

2.6  Arti penting pendidikan Karakter Menurut Beberapa Tokoh dan UUD 1945

BAB III Character Education for The Young Generation In Globalisation Era

3.1  Terkikisnya Karakter Generasi Muda Akibat Globalisasi

3.1.1        Bentuk Pengkikisan Karakter Generasi muda akibat Globalisasi

3.1.2        Penyebab terkikisnya karakter bangsa

3.2  Pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda

3.2.1        Fungsi Pendidikan Karakter

3.2.2        Lingkup Pendidikan Karakter

3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter

3.3  Peranan generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi

BAB IV PENUTUP

4.1  Kesimpulan

4.2  Saran

                                                         

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Globalisasi

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentukinteraksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

2.2  Ciri-ciri Globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

1.      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

2.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

3.      Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

4.      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial

2.3  Proses Globalisasi

Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat semakin dekat, yang membuat kita seakan-akan tidak memiliki sekat penghalang dan waktu tempuh seakan-akan tidak ada. Kemajuan dibidang transportasi membuat orang lebih mudah untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan waktu yang relative singkat. Pergerakan ini tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah melainkan kebudayaanpun lebih cepat menyebar melalui media massa maupun elektronik, seperti televise, radio, koran dan majalah yang semuanya itu merupakan alat yang sangat efektif untuk penyebaran budaya diseluruh penjuru dunia.

Globalisasi akan memberikan corak kebudayaan baru dan memberikan dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan memperkuat kebudayaan barat dalam budaya masyarakat setempat  di negara-negara berkembang melalui suatu penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan baik itu dalam bidang sosial, ekonomi maupun dalam bidang politik. Kebudayaan baru yang bebas seperti perkembangan teknologi, informasi, telekomunikasi, dan satelit akan mengubah nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh negara berkembang dan mengubahnya dengan visi dan misi globlisasi barat. Kebudayaan ini membuat negara berkembang lebih bergantung dan terikat dengan keputusan yang yang dibuat oleh penguasa barat.

Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka perspeksi baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam dunia masa kini dan masa datang.

Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang besar yang sering disebut dengan istilah “ Megatrend 2000”. Megatrend itu tidak datang dan pergi begitu saja, namun akan terjadi perubahan baik dibidang sosial, ekonomi maupun politik secara bertahap. Mereka akan mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh sampai sepuluh tahun atau bahkan bisa lebih lama lagi.Sasaran utama untuk mencapai visi dan misi globalisasi barat di negara berkembang yaitu  generasi muda, karena pada usia inilah emosi seorang generasi muda masih labil dan pada usia generasi muda inilah seseorang mulai mencari jati diri mereka yang sebenarnya sehingga usia-usia inilah yang paling rentang terhadap pengaruh globalisasi barat. Arus globalisasi yang semakin deras yang dihadapi oleh seorang generasi muda memerlukan alat yang kuat sebagai filter dampak yang ditimbulkan, salah satunya yaitu karakter yang kuat. Dengan karakter inilah generasi muda bisa menyaring kebudayaan baru yang dibawa oleh globalisasi barat.

2.4  Karakter Bangsa ( Bagi Generasi muda )

2.4.1  Pengertian Karakter

Karakter dapat diartikan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang, selain itu karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang kepribadian orang tersebut. Demikian pula dengan karakter bangsa, Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.

2.4.2  Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia

Ada tujuh budi utama yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia menurut Ary Ginanjar yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan Indonesia Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama dan akan menghasilkan generasi terbaik.

Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.

2.4.3  Pentingnya Karakter Bangsa

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.

Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan  itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan  negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain.

2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda

Era globalisasi sangat banyak membawa perubahan, baik yang berdampak positif bagi kehidupan maupun yang berdampak negatif bagi kehidupan. Dalam era globalisasi segala aspek kehidupan berangsur – angsur menagalami perubahan. Salah satu contohnya terjadi pada kehidupan generasi muda, kebanyakan generasi muda cenderung tidak bisa menyaring pengaruh globalisasi. Sehingga, banyak generasi muda yang terjebak dalam pengaruh buruk globalisasi.

Dampak dari Era Globalisasi Terhadap Generasi muda

Ø  Aspek Sosial

Bersosialisasi merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian generasi muda. Karena, mereka bisa mendapatkan banyak teman dan mereka juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman mereka tersebut. Dengan bersosialisasi, mereka bisa menemukan hal – hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya dan dengan begitu, mereka akan mudah memahami satu sama lain. Dengan bersosialisasi secara benar, akan banyak hal positif yang akan didapat. Contohnya saja mereka akan banyak mempunyai banyak koneksi untuk dapat lebih banyak mengenal dunia kerja yang akan berguna bagi kehidupan mereka nanti. Akan tetapi, jika para generasi muda tidak bisa bersosialisasi secara baik yang di dapatkan hanya sebuah pergaulan bebas di luar batas yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, para generasi muda seharusnya mempunyai sebuah pegangan hidup untuk dapat memfilter dirinya dari berbagai macam dampak globalisasi.

Ø  Aspek Norma

Norma merupakan aturan tidak tertulis sebagai pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat dan memiliki sanksi sosial. Pada saat era globalisasi sekarang ini norma – norma dalam berkehidupan sudah banyak yang di abaikan keberadaannya. Norma – norma tersebut sudah mulai terhapuskan oleh banyaknya aturan – aturan baru yang sangat membebaskan segala sesuatu, hal tersebut berdampak besar bagi para generasi muda zaman sekarang. Saat ini, generasi muda tidak lagi memperdulikan adanya aturan – aturan tidak tertulis tersebut. Banyak sekali para generasi muda yang melakukan pelanggaran atas norma yang ada pada masyarakat tersebut. Padahal, norma berperan penting dalam menegakkan ketertiban berkehidupan dalam masyarakat. Seharusnya, generasi muda dapat mempertahankan norma- norma tersebut agar ada pengendali dalam kehidupanya.

Ø  Aspek Budaya

Budaya pada saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing akibat dari era globalisasi. Dimulai dari budaya berpakaian, pada saat ini generasi muda berkecenderungan mengikuti budaya asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi muda lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara berpakaian yang tertutup dan sopan. Ini dikarenakan alasan mereka,   bahwa apabila tidak menggunakan trend pakaian  terkini maka mereka di anggap tidak trendy.

Terkikisnya budaya – budaya tradisional yang terdapat di berbagai daerah. Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya tradisional semakin mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat ini banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang terdapat di daerah dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, terlebih jika mengingat Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya. Ketidak tahuan para generasi muda tersebut mengundang pihak lain untuk mengklaim budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas – jelas kebudayaan tersebut adalah budaya asli Indonesia.

Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para generasi muda lebih cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran lingkungan diperlukan untuk dapat mengatasi masalah ini.

Ø  Aspek Pendidikan dan Tekhnologi.

Aspek pendidikan juga terkena imbas dari era globalisasi akan tetapi lebih banyak dampak positifnya, karena pada saat ini para generasi muda dapat dengan mudah mengerjakan tugas sekolah dengan  menggunakan bantuan internet. Tetapi apabila tidak bisa menggunakan teknologi dengan bijaksana para generasi muda akan mendapatkan dampak negatifnya yaitu para generasi muda akan merasa kecaduan dan mungkin bisa mengakses hal-hal yang seharusnya tidak mereka ketahui juga akan muncul budaya baru yaitu, budaya “ copy + paste”. Budaya ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan pendidikan para generasi muda, karena mereka hanya perlu menyalin isi dari informasi yang mereka cari tanpa mengetahui apa isi dari informasi tersebut.

2.6  Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda ( Menurut beberapa tokoh dan UUU 1945)

1.      Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Penyelewengan terhadap nilai-nilai Karakter Bangsa membuat bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah digantikan oleh kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri bangsa disebabkan oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal yang demikian maka perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia terutama untuk para Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.

Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Presiden menyatakan, “Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula”.

Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental.

2.      Menurut KI Hajar Dewantoro

Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter.

3.      Menurut UUD 1945

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1  Terkikisnya karakter Generasi muda akibat Globalisasi

3.1.1   Bentuk Pemerosotan Karakter Generasi muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang, yaitu :

a.    Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor generasi mudayang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

b.    Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

c.    Di kalangan pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan. Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari ‘bocoran jawaban’ dari berbagai sumber yang tidak jelas. Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa.  Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya ini  menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa.

d.   Dari cara berpakaian banyak generasi muda- generasi muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

e.    Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? Yang pasti negara kita akan mudah untuk dikendalikan oleh bangsa asing yang pada akhirnya bangsa kita akan dikuasai oleh bangsa asing.

3.1.2   Penyebab Terkikisnya Karakter Bangsa

Pada jaman sekarang perhatian anak muda hanya terpusat kepada pembangunan ekonomi dengan orientasi ke fisik. Dengan karakter demikian tak mengherankan apabila di kalangan anak muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai jenis perilaku tidak terpuji lainnya. Selain itu karakter anak muda saat ini sudah abai dari pembangunan kemanusiaan, hal itu dapat kita lihat dari berbagai sisi kehidupan manusia yang selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan raga manusia, contohnya banyak terjadi kesenjangan sosial terutama dikota-kota besar, orang yang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran  dari kaum-kaum elit untuk membantu orang-orang miskin yang ada disekitarnya.

3.2  Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda

3.2.1   Fungsi Pendidikan Karakter

Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :

1.      Pembentukan dan pengembangan

Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila

2.      Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker manusia dan warga Negara Indoneisa yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

3.      Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

3.2.2   Lingkup Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada :

·           Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

·           Pendidikan Nonformal

Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan.Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

·           Pendidikan Informal

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya.

Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan  oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam pendidikan, membangun karakter bangsa mencakup upaya untuk mencapai suatu proses internalisasi pengetahuan yang kemudian dapat berlanjut sampai dengan terjadinya suatu perubahan. Disini diperlukan adanya perubahan dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian atau perubahan setelah menjalani setiap proses pembelajaran.

3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter bagi Remaja

Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses pembelajaran sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada siswa. Masih banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka mengajar dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan pendidikan.

Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya.

3.3  Peranan Generasi muda dalam menghadapi arus Globalisasi

Dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, karakter bangsa yang kuat sangat diperlukan, maka dituntut peran penting dari generasi muda, khususnya perannya sebagai character enabler, character builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah :

    Sebagai Pembangun kembali karakter bangsa (Character builder).

Di tengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral untuk menginternalisasikannya pada aktifitas sehari-hari.

    Sebagai Pemberdaya karakter (Character enabler)

Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.

    Sebagai perekayasa karakter (Character engineer)

Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran, adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.

Menghadapi globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dan harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh menegaskan,  bahwa “tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menyusun dan menyistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya”.

Meskipun begitu generasi muda nantinya masih memerlukan dukungan dari pemerintah maupun komponen bangsa lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran generasi muda. Hal tersebut selain karena generasi muda masih berada dalam puncak produktifitasnya, juga karena generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1    Kesimpulan

1.      Pendidikan merupakan wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.

2.      Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler),Pemberdaya karakter (character builders) dan Perekayasa karakter (character enginee).

4.2    Saran

1.      Membangun karakter bangsa melalui pendidikan diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, dan penampilan berbagai kegiatan sekolah untuk itu pendidik diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya.

2.      Lingkungan sekolah yang kondusif membantu membangun karakter pelajar. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif bagi perkembangan karakter pelajar.

3.      Membangun karakter bangsa bukan hanya tugas generasi muda, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi bagi seluruh komponen bangsa dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa

Peran Strategis Pemuda dalam Menghadapi Era Teknologi

Pemuda merupakan aspek penting bangsa. Pemuda merupakan tonggak negara, pengemban amanah, menjadi hal yang diharapkan mampu diandalkan dengan segala kemampuannya untuk meneruskan tongkat estafet perjuangan para pahlawan. Pemuda merupakan aspek penting dalam perubahan, berpegang atas nilai-nilai idealisme terhadap permasalahan yang berkutat ditengah deru masyarakat dan demi kesejahteraan masyarakat. Indonesia telah menggapai masa kemerdekaannya, hal ini tidak terlepas dari peran pemuda, inspirator bangsa, penjaga Pancasila. Maka tidak salah jika  Bung Karno berkata  “berikan aku satu pemuda, maka aku akan guncangkan dunia”.
Garis-garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa ditandai dengan semakin maraknya pergerakan pemuda untuk meraih kejayaan demi harumnya nama Indonesia. Sejarah Indonesia merupakan sejarah yang patut untuk di pertahankan dan ditingkatkan, bukan untuk dikembalikan pada posisi awal. Ini bukan hanya tugas para generasi tua, ini bukan hanya kewajiban namun ini merupakan hak para pemuda Indonesia baik saat berpijak di Bumi Pertiwi ataupun berpijak di Tanah Tetangga. Perlu diperhatikan bahwa Indonesia sangat menjunjung tinggi keadilan, keadilan terhadap hak dan kewajiban. Indonesia memperhatikan betul setiap celah yang perlu disi dalam benak para pemuda, yakni kebanggaan terhadap negerinya melalui cermin para pendahulunya. Pemuda tidak buta atau tuli, jangan biarkan pula pemuda menutup mata dan telinga dengan kondisi negeri ini. Pemuda butuh tuntunan dengan impian menjadi tuntunan selanjutnya.
Era globalisasi peluang besar terhadap impian para pemuda. Di era globalisasi tidak hanya pengetahuan terapan saja yang dibutuhkan, keterampilan dan sikap pun menjadi bagian dalam syarat keberhasilan. Namun ada kalanya era globalisasi justru mengalihkan target pemuda. Orientasi terhadap dunia luar yang terasa begitu dekat, rentan mengikis semangat juang untuk Indonesia, dan meningkatkan ego individual. Pemuda perlu menanam dan ditanamkan jiwa kepemimpinan. Bertahannya suatu negara dapat dilihat dari pertahanan warganya. Jiwa kepemimpinan yang terus dipupuk akan membasmih sikap apatis dan sikap antisosial.
Semua orang bisa berpartisipasi dalam menciptakan suasana kepemimpinan yang cerdas, kreatif, dan inovatif. Terlebih untuk para pemuda Indonesia, dengan adanya dorongan membentuk suatu organisasi atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama yakni memberikan manfaat kepada individu, masyarakat dan organisasi. Pemuda akan menjadi tonggak dari  sistem suatu negara dan bangsa. Apakah bangsa itu akan memiliki alur cerita yang baik atau berakhir buruk di zona degradasi dalam permainan bangsa-bangsa di dunia ini.
Indonesia adalah negara yang menyimpan banyak bakat-bakat pemimpin luar biasa yang berkualitas. Setiap pemuda memiliki potensi besar dalam mencapai proses kepemimpinan dan mencapai hakikat jiwa kepemimpinan itu sendiri. Pemuda, khususnya mahasiswa adalah kumpulan orang-orang terpelajar yang akan mengubah asumsi-asumsi kuno dimasyarakat dengan cara mereka sendiri. Cara yang sesuai dengan norma, nilai, dan peraturan dalam masyarakat.
Tersadar ataupun tidak, setiap orang memiliki benih jiwa kepemimpinan dalam dirinya.  Akan tetapi untuk menyempurnakan yang menjadi harta kita, jiwa kepemimpinan, perlu adanya proses pembelajaran agar terarah dengan baik dan selanjutnya dapat mengarahkan hal lain ke arah yang lebih baik pula. Dengan adanya pembelajaran dan pelatihan kepemimpinan tersebut diharapkan generasi muda memiliki jiwa kepemimpinan yang cerdas, kreatif dan inofatif. Sehingga kepemimpinan sebuah intitusi oleh pemuda memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan perdaban di Indonesia. Sebagai mana sebuah ungkapan menyatakan “ Pemuda hari ini pemimpin hari esok”. Baik buruknya sebuah negara tergantung dari sikap pemuda pada. Adanya estafet kepemimpin guna mempertahankan, mengisi dan menghasilkan kemerdekaan Indonesia diharapkan tidak dipandang sebelah mata sehingga membuat para pemuda memiliki semangat ekstra untuk memperbaiki sistem peradaban bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah peran pemuda, inilah harapan bangsa, dengan jiwa kepemimpinannya mampu membawa Indonesia menjadi Indonesia yang lebih baik lagi dalam menghadapi era globalisasi dan diera-era selanjutnya.
mahasiswa

Menghadapi era TEKNOLOGI

 kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia harus mempunyai rasa kebanggan terhadap budaya nasional. Generasi muda harus bisa menampilkan budaya nasional pada setiap moment, bukan sebaliknya menjadi generasi muda yang tidak jelas identitasnya bahkan banyak yang mengikuti budaya-budaya asing supaya dikatakan gaul, termasuk korban globalisasi. Era globalisasi yang didukung dengan teknologi internet mestinya dimanfaatkan sebagai media pelestarian budaya nasional dengan cara mempublikasikan atau bahkan “mendokumentasikan” pada dunia tentang keanekaragaman budaya nasional bangsa Indonesia. Sehingga, masyarakat dari bangsa lain dapat membaca, mengetahui dan mengenal budaya-budaya nasional Indonesia. Jangan sebaliknya, generasi muda Indonesia justru menjadi korban dari negara-negara maju akibat publikasi budaya yang menyebar bahkan dapat “meracuni” generasi muda karena ketidakmampuan melakukan “filterisasi” berbagai “budaya” negara maju tersebut.

Budaya nasional yang terdapat pada masing-masing daerah merupakan ciri khas daerah yang seharusnya wajib dipatenkan oleh pemerintah daerah. Sehingga tidak dibebankan pada masyarakat dan menjadi milik pemerintah daerah atas nama masyarakat, karena budaya nasional tidak boleh dimiliki hak patennya oleh satu orang saja tapi milik semua masyarakat yang ada di daerah tersebut. Seperti Tari Reog harus dipatenkan oleh pemerintah daerah Ponorogo dan menjadi milik masyarakat Ponorogo dan Tari Pendet harus dipatenkan oleh pemerintah daerah Bali atas nama masyarakat Bali. Budaya nasional yang terkait dengan Suku Dayak di Kalimantan dapat menjadi masalah jika tidak segera diperhatikan, karena di Malaysia juga terdapat Suku Dayak yang berbatasan dengan Kalimantan Timur dan wilayah Sabah Malaysia Timur dan Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah Serawak Malaysia Timur. Paling tidak pemerintah daerah menjadikan budaya nasional sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan pemerintah daerah pada hari-hari tertentu sebagai suatu upaya pelestarian budaya Dayak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Demikian juga budaya Melayu yang terdapat di Riau, Pekan Baru yang sangat mirip dengan budaya Melayu yang berbatasan dengan Johor dan Pulau Pinang Malaysia Barat. Festival-festival budaya perlu dilaksanakan dalam rangka melestarikan budaya nasional tersebut sehingga tidak lagi di klaim sebagai budaya Malaysia saja.

Budaya Nasional merupakan aset Bangsa Indonesia yang harus memperoleh perhatian terutama di era Globalisasi saat ini. Budaya nasional menjadi bagian penting negara Indonesia yang dapat dikembangankan dan dikelola sebaik-baiknya. Itu penting agar dapat berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun adat istiadat masyarakat Indonesia yang dirayakan ataupun dilaksanakan pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari Pahlawan saja. Budaya nasional harus menjadi bagian dari aset Bangsa Indonesia yang dapat mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan negara. Tentunya perlu ada suatu kesadaran secara nasional dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia pada semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

GENERASI PEMUDA DI ERA TEKNOLOGI


PERINGATAN sumpah pemuda tahun ini di diperkaya Kompas (30 Oktober) dengan sebuah jajak pendapat mengenai idealisme kaum muda. Disinyalir bahwa semangat muda pada umumnya mulai meredup. Menurut jajak pendapat itu, generasi muda dewasa ini tidak lagi dilihat dan dinilai sebagai kelompok yang memperparah kerukunan dalam masyarakat. Hasil jajak pendapat ini mesti menjadi satu masukan yang serius untuk mempertimbangkan pendampingan terhadap kaum muda. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang jujur mengenai kondisi kaum muda dewasa ini. Kaum muda tidak dapat dipersalahkan begitu saja. 


Generasi muda kita adalah generasi yang mengalami secara intensif akibat dari runtuhnya berbagai batas yang secara tradisional mendefinisikan sebuah kelompok masyarakat. Batas yang dirasakan agaknya lebih luas terbentang antara generasi tua dan generasi muda dalam lingkup budaya yang sama, daripada batas yang terbentang antara orang-orang muda dari lingkaran budaya berbeda. Secara spontan generasi muda kita lebih mudah menemukan ekspresi dirinya di dalam tarian dan musik generasi muda dari luar, daripada di dalam lantunan syair dan gerak tarian budayanya sendiri. Sejumlah kaum muda memang masih melantunkan syair daerah dan mengadakan tarian budaya tetapi itu lebih merupakan sebauh pengecualian. 
Namun sebagai generasi global generasi ini mesti menghadapi kemenduaan yang sering dialami di dalam globalisasi. Globalisasi memang di satu pihak dialami sebagai sebuah proses kehadiran berbagai pengaruh lain yang memperkaya, yang justru membantu sebuah kebudayaan menyatakan dirinya secara lebih jelas. Di hadapan tawaran pengaruh berbagai kebudayaan lain, satu kebudayaan ditantang untuk membenah diri. Berbagai elemen budaya yang membelenggu dapat diubah berkat pertemuan dengan budaya-budaya lain. Di dalam globalisasi yang dipahami seperti ini terjadi pembebasan dari kungkungan penguasaan sewenang-wenang oleh pihak-pihak tertentu. 
Tidak jarang, globalisasi, untuk banyak wilayah dunia dan sebagaian manusia, dialami sebagai pengambilalihan sejumlah pola pikir dan ungkapan perasaan dan pikiran dari luar, sementara sebagian besar pikiran dan ekspresi perasaan dan pikiran masih berada di bawah penentuan tradisi lama. Orang mengambil alih sejumlah hal dan menempelkannya pada sebuah sosok yang mempunyai mentalitas yang lain. Misalnya: kita mengambil alih musik berat dari barat, tetapi kita tidak memperhatikan bahwa di barat musik dimainkan dalam ruangan yang rata-rata memiliki peredam suara, sehingga orang lain tidak mesti sangat terganggu. Kitamengambil alih kebiasaan menciptakan tempat-tempat hiburan seperti biliar. Tetapi hal baru itu kita tempelkan pada mental santai kita, sehingga dengan agak mudah orang menjadikan hiburan sebagai pekerjaan utamanya. Dan lebih parah lagi, tempat-tempat hiburan itu ada di tengah-tengah kampung, sementara orang bermain di sana terkadang semalam suntuk. Generasi mudah kita dapat terbawa oleh kebiasaan seperti ini. 
Di dalam menghadapi masukan dari luar, sering terjadi bahwa generasi muda menjadi tidak realistis. Seperti dikatakan di atas, dia mengimpikan apa yang dialami oleh generasi muda di tempat lain, tetapi dia tidak memperhatikan lingkungannya. Dia menjadi asing di depan kenyataan sendiri. Dia adalah generasi yang teralienasi. 
Karena itu dia menjadi apatis terhadap berbagai isu di dalam masyarakatnya. Kenyataan ini bukan cuma disebabkan oleh kebudayaan kita yang masih terlalu kurang menghargai orang muda dan melibatkan mereka dalam berbagai penyelesaian persoalan, tetapi juga karena orientasi generasi muda sendiri. Globalisasi sepertinya membawanya pergi dari perhatian terhadap keadaan masyarakat sendiri. 
Dunia pendidikan di dalam era globalisasi juga mengalami globalisasi sebagai sebuah tugas penuh ambivalensi. Di satu pihak, dunia pendidikan sebenarnya sudah banyak dibantu dengan adanya arus informasi dan perluasan akses informasi. Hal ini berperan besar dalam memperluas cakrawala kaum muda. Dengan mudah orang memperoleh dan menyimpan informasi tentang berbagai hal. Pada pihak lain muncul persoalan besar berkenaan dengan pertanyaan, mau diapakan semua informasi itu. 
Saya kira, ungkapan 'banjir informasi' itu mengungkapkan secara cukup baik tantangan pendidikan di era global. Aliran air yang biasa dan banjir pada tingkat tertentu dapat digunakan untuk sesuatu yang berguna. Namun, seperti banjir yang deras dapat membobolkan sebuah bendungan yang bertugas meregulasikan arus air, demikian pun banjir informasi dapat saja membobolkan ketahanan orang, menyapu bersih segala yang tak kuat dan menyisakan keporak-porandaan. Kalau demikian, bagaimana banjir informasi itu dialami dan digunakan akan sangat bergantung ketahanan bendungan. Pendidikan mempunyai peranan yang ambivalen terhadap bendungan. Di satu pihak pendidikan mesti berhadapan dengan bendungan yang ada pada seseorang. Karena sudah terbentuk dalam lingkungan tertentu, seorang peserta didik sudah membangun tendensi-tendensi resistensi sesuai dengan nilai dan ideal yang diinternalisir dari lingkaran budayanya. 
Tendensi resistensi ini dapat sekian kuat, sehingga orang menolak segala yang lain, yang baru, yang datang dari luar. Orang tidak mau belajar karena hanya mau mempertahankan apa yang telah dimilikinya, karena sudah merasa puas denganapa yang telah ada. Di sini peran pendidikan perlu mengambil bentuk kritik kebudayaan. Pendidikan mesti menjadi banjir yang membobolkan benteng pertahanan yang terlalu kuat itu. Melalui pendidikan orang mesti dapat mengenal kerangka berpikir tradisionalnya, dan kalau perlu, mengoreksi kerangka berpikir itu apabila dia tidak sanggup lagi menjelaskan berbagai fenomena baru yang dialami di dalam kehidupan dan dunia. 
Tetapi pendidikan pun harus membantu menyusun ketahanan baru, mengangkat dan merumuskan nilai-nilai baru atau memperbaharui nilai-nilai lama yang akan berfungsi sebagai penyekat untuk menyaring arus informasi. Melalui pendidikan orang perlu dibantu untuk menyusun sebuah kerangka nilai dan pengetahuan, ketajaman kritis akal dan kepekaan nurani, agar dapat secara kritis menilai tawaran informasi. Generasi muda perlu dibantu untuk memiliki kriteria penilaian moral di dalam dirinya sendiri. Hal ini merupakan sebuah persoalan besar, karena kita hidup di tengah sebuah kebudayaan, yang memberikan fungsi hati nurani kepada pihak luar seperti guru, polisi, pastor. 
Untuk mengarahkan pendidikan kepada sebuah pendidikan yang menumbuhkan otonomi, kita harus beralih dari pendidikan bertujuan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada orang, sebab tawaran informasi itu sudah diperoleh melalui berbagai jalur lain. Pendidikan mesti secara sadar mengarahkan orang untuk menilai informasi secara kritis. Mengumpulkan informasi sebanyak-banyak tidak lagi menjadi tujuan pendidikan di dalam era globalisasi. Yang menjadi tujuan pendidikan adalah kesanggupan untuk memilah-milah informasi. Kita mesti memperhatikan perubahan paradigma pendidikan ini: dari pengumpulan informasi menjadi kesanggupan menggunakannya. Karena itu, yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan bukannya banyak informasi atau bahan yang diberikan kepada generasi muda, melainkan latihan berpikir kritis untuk menganalisis masalah. 
Otonomi pendidikan yang banyak dibicarakan sekarang adalah satu bentuk jawaban yang hendak diberikan atas persoalan kita. Saya tidak memahami otonomi pendidikan terutama di dalam kerangka otonomi daerah, artinya di dalam kerangka hak yang lebih besar yang dipercayakan kepada daerah untuk mengatur dirinya. Bahwa otonomi daerah membantu perwujudan otonomi pendidikan, adalah sesuatu yang kita harapkan. Yang saya maksudkan dengan otonomi pendidikan adalah sebuah pengertian harafiah: otonomi sektor pendidikan dari kooptasi sektor lain. Di dalam era globalsiasi absolut dari dominasi sektor ekonomi. 
Otonomi pendidikan adalah sebuah langkah pembebasan dunia pendidikan, agar cita-cita pendidikan sebagai pendidikan yang membebaskan dapat tercapai. Kita tetap memperhatikan faktor ekonomi dalam pemikiran arah pendidikan, tetapi pendidikan kita tidak pertama-tama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar, melainkan menciptakan pasar. Dengan pendidikan kita juga hendak menghasilkan manusia-manusia yang sanggup menjadi pelaku ekonomi yang jeli menangkappeluang usaha. Tetapi itu bukan satu-satunya misi pendidikan. Hemat saya, otonomi daerah mesti dipahami untuk menunjang otonomi pendidikan dalam pengertian ini, agar di daerah otonomi yang lebih besar diberikan kepada sektor pendidikan untuk memikirkan tujuan dan menyusun langkah-langkah perwujudannya. 
Persoalan lain yang dihadapi oleh generasi muda berkenaan dengan pendidikan adalah kenyataan pengaburan cita-cita pendidikan karena berbagai praktek yang mematikan motivasi belajar. Kematian motivasi ini terjadi secara perlahan dan di luar kontrol kesadaran, namun mempunyai akibat yang fatal. Kenyataan meningkatnya jumlah pengangguran para akademisi akan melontarkan pertanyaan besar kepada orang-orang muda tentang kegunaan pendidikan formal yang menuntut biaya tinggi. Demikian pula praktek KKN secara mendasar turut melemahkan keinginan belajar generasi muda. 
Apabila banyak orang terdidik menggunakan statusnya untuk memperbodoh masyarakat, maka orang-orang muda yang masih memiliki idealisme akan bertanya secara serius, entahkah mereka perlu mengikuti pendidikan formal seperti ini? Juga, kalau kriteria untuk memperoleh pekerjaan di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh kualifikasi pendidikan melainkan ikatan keluarga dan jumlah sogok, maka minat untuk belajar bagi generasi muda dari keluarga-keluarga sederhana tanpa koneksi akan diperlemah. 
Memperhatikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh generasi muda di dalam era globalisasi dan secara khusus karena menghadapi berbagai tendensi dan kebiasaan di dalam masyarkaat kita, maka yang perlu menjadi opsi dasar untuk pendidikan bagi generasi muda. 
Di dalam era globalisasi dan reformasi ini kita perlu menata dunia pendidikan secara mandiri agar pendidikan jangan menjadi lahan pemandekan pemikiran kritis. Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang otonom, manusia yang sanggup berpikir sendiri dan memiliki hati nurani yang belum disewakan kepada pihak lain. Otonomi tidak sama dengan kesewenangan-wenangan atau sesuka hati. Otonomi berarti memberikan kepada diri sendiri sebuah hukum, nomos. Pribadi yang otonom menentukan sebuah arah untuk dirinya, mengikat diri pada arah itu dan mengarahkan diri untuk mencapai penentuan arah, kesanggupan mengikat diri, dan kecapakan mengkoordinasikan diri demi sesuatu. 
Otonomi mensyaratkan suasana kebebasan. Orang mesti dibebaskan dari tekanan luar untuk dapat secara pribadi menentukan sendiri arah tindakan dan gagasannya. Hanya di dalam suasana kebebasan, tuntutan tanggung jawab atas diri mempunyai landasan pembenaran. Tetapi itu tidak berarti, bahwa pribadi yang otonom harus dijauhkan dari segala macam arus informasi yang menantang dan menawarkan berbagai kerangka pemikiran. Otonomi tidak berarti, bahwa setiap orang harus menciptakan sendiri sebuah kerangka kehidupan yang sama sekali baru. Selain ituhal ini merupakan sebuah kemustahilan, hal ini pun tidak dibutuhkan. Yang terpenting di dalam otonomi adalah bahwa orang menentukan sendiri sebuah kerangka pemikiran dan tindakan. 
Pribadi yang otonom seperti ini tidak terperangkap dalam sikap budaya yang tradisional, yang mempertahankan atau menghidupkan sesuatu dari tradisi hanya karena itu adalah tradisi. Sebaliknya, dia akan sanggup menghadapkan tradisi itu pada nilai-nilai universal yang dihirupnya dari perjumpaan dengan berbagai gagasan baru. Dia akan mempertanyakan tendensi perjajahan dan pendominasian yang mungkin masih ada dan melekat di dalam tradisi budayanya. Dari pribadi yang demikian kita dapat mengharapkan sebuah transformasi kebudayaan. Pribadi seperti ini pun tidak akan menerima tanpa komentar segala yang datang dari luar. Dia akan mempertanyakan mereka yang termarginalisasi dalam tendensi penyeragaman di era globalisasi. Dari kesadaran akan mereka yang terdepak ini akan muncul sebuah penentuan kodeks yang diterima dan diiyakan secara pribadi, kepadanya tindakan dan pikiran diarahkan 
Manusia yang memberikan hukum, nomos kepada diri sendiri adalah manusia yang belajar mengenal dan mengetahui apa yang dikehendakinya, apa yang menjadi kemampuannya. Dia adalah orang yang tahu menghargai dirinya. Untuk maksud itu, perlu dipikirkan secara serius pendekatan pendidikan yang meyakinkan anak muda akan nilai dirinya dan membantunya menemukan bakat dan kemampuannya. 
Pengadaan jalur pendidikan keterampilan dan pendidikan khusus sangat dibutuhkan untuk itu. Manusia yang otonom adalah manusia yang menemukan kesanggupannya dan belajar menghargai kemampuan itu pada waktunya. Otonomi pribadi terungkap di dalam otonomi pemilihan jalur pendidikan. Termasuk di dalam tugas penanaman otonomi pribadi adalah peningkatan penghargaan terhadap berbagai jenis pekerjaan tangan. Kita masih terlalu memandang pekerjaan tangan dan kasar sebagai pekerjaan yang terpaksa dipilih karena tidak ada kemungkinan lain. Karena itu, orang-orang yang melakukan pekerjaan ini sering bekerja secara terpaksa tanpa minat untuk menambah keterampilannya. Selama orang menjadi tukang batu hanya karena tidak atau mendapat kesempatan untuk menjadi pegawai negeri, maka dia tidak akan meningkatkan keterampilannya bertukang batu. Ukuran SDM bukan hanya didasarkan pada tingkat kelulusan sekolah, melainkan juga pada tingkat keterampilan khusus yang diperoleh seseorang lewat pendidikannya. Memiliki keterampilan seperti ini akan memperkuat rasa percaya diri seseorang, dan pada gilirannya rasa percaya diri ini akan membantunya bertahan berhadapan dengan berbagai pengaruh lain.

Pemuda DI era Teknologi

     Pemuda merupakan pribadi berusia produktif dan memiliki tipikal unik yakni revolusioner, yakin, berpikir modern dan mempunyai moralitas.  Betapa vitalnya partisipasi pemuda dalam sebuah negara karena pemuda sesungguhnya adalah figur yang paling mempunyai kekuatan untuk melakoni kehidupan berbangsa dan bernegara mendatang. Pemuda bisa dianggap sebagai generasi penerus untuk tetap berlangsungnya sebuah negara. Kaum muda adalah sosok yang vital di tiap-tiap perubahan sebab pemuda berjalan menggunakan idealisme dan moral ketika mencermati problem yang ada, untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan negara. Pemuda akan jadi tulang punggung bangsa di masa mendatang. Namun realita pemuda Indonesia saat ini tidak lagi pemuda yang memperlihatkan kepribadian bangsa kita. Pemuda Indonesia saat ini adalah sosok pemuda yang tak cukup tangguh ketika menjumpai arus globalisasi. Kalangan pemuda saat ini seringnya cuma menghancurkan moral mereka sendiri. Efek negatif globalisasi satu diantara penyebabnya, yang mana gaya hidup barat dengan leluasa masuk ke Indonesia dan akibatnya berpengaruh jelek pada peran pemuda Indonesia untuk mempertahankan identitas bangsa. Norma barat yang tak cocok dengan kultur timur diambil bulat-bulat oleh pemuda. Lihat saja budaya kekerasan, menggunakan ganja, seks bebas dan juga budaya tawuran telah mengakibatkan moral pemuda Indonesia jadi rusak. Keadaan pemuda saat ini tak lagi menghargai identitas bangsa. Identitas bangsa berupa Pancasila yang juga sebagai dasar bernegara.
     Peran Pemuda di Era globalisasi untuk kejayaan  Indonesia sangat mendesak dimulai sekarang ini. Dan tak ada jalan lain selain dari kembali ke Pancasila. Budaya Indonesia yang luhur dan dasar negara Pancasila merupakan identitas bangsa yang sangat kokoh yang mampu memperlihatkan eksistensi bangsa Indonesia. Sejumlah pihak menilai bahwa pemuda Indonesia sekarang ini memiliki mental pragmatis. Ada juga yang mengatakan semakin tipisnya spirit kebangsaan ini karena perilaku pemuda yang terkesan cuek, acuh tak acuh dan suka dengan jalan pintas. Mereka bersikap lemah, tak begitu gigih dan telah kehilangan identitas diri mereka. Untuk itu mendesak sekali untuk menciptakan pemuda yang ikhlas. Tak cukup hanya menciptakan namun juga harus dilestarikan. Indonesia yang mempunyai angka pemuda yang banyak semestinya mampu menjadi bangsa yang bisa bangkit dari keterpurukan, hal itu akan tercapai jika ada sejumlah kelompok pemuda yang ikhlas. Ikhlas dalam mendarmabaktikan kemampuannya untuk kejayaan bangsa. Selalu memegang teguh Pancasila adalah kunci ikhlas sebagai modal membangun bangsa atau paling tidak meneruskan pembangunan yang sudah dimulai sebelumnya.Menjadi pemuda Indonesia selayaknya harus mempunyai sikap kritis pada arus globalisasi yang deras mengalir. Pemuda Indonesia harus menjadi pemuda yang tanggap, pintar, dan inovatif.
    Kemajuan bangsa selanjutnya banyak ditentukan dari andil pemuda selaku generasi penerus. Bangsa Indonesia membutuhkan generasi yang hebat yang mempunyai sikap inovatif dan kreatif  dikombinasikan dengan sikap disiplin, kritis dan dinamis, mempunyai vitalitas, tak gampang terseret dalam arus modernisasi, bisa bersikap yang semestinya dalam menghadapi kenyataan, mengenal nilai-nilai budaya bangsa, bersedia berkompetisi untuk knowledge based society dan memiliki kepribadian yang pasti. Intinya ialah generasi yang mampu memelihara destiny, manusia berakhlak yang berpegang teguh pada norma mulia dan patuh serta taat beragama. Jadi, ayo para pemuda Indonesia harapan bangsa, latih selalu kepemimpinan dalam diri kita. Latih selalu leadership yang dekat rakyat, sebab untuk apa jadi pemimpin jika sekadar menduduki singgasana dengan tidak memperhatikan nasib rakyat. Sebuah perubahan acapkali tak mesti menunggu banyak orang untuk berubah. Ia akan bergerak dengan sendirinya beserta kalangan pemuda yang teguh komitmen untuk merintis perubahan demi kejayaan Bangsa.

contoh Pidato Bahasa Inggris “Peran Siswa di Era Modern dan Globalisasi

Standard

Kumpulan Pidato Bahasa Inggris “Peran Siswa di Era Modern dan Globalisasi
English Speech Contest
In the name of Allah the beneficent and the merciful
Praise is to Allah, the lord of the world, and the sequel is for those who keep their duty unto him. Further, there will be no hostility except against wrongdoers.
Blessing and salutation upon the most honorable prophet and messenger, his families, all his disciples, and those who follow them in goodness till the any of judgment.
In this good chance, I would like to deliver my speech by title;
THE ROLE OF ISLAMIC STUDENTS IN GLOBALIZATION ERA
As we know well that globalization is an era marked by missing the territorial limit of nation. It enables the nation culture interferences. So that, politics, economy, culture of nation can influence, color and inspire of the other nations policies.
Globalization gives not only positive effects of the rapid science, information and technology development but also brings about many religion and culture principle divergences of the nation. Those become the cause of a drop in autonomy and identity of the nation.
Happy brothers and sisters!
Let’s pay attention more what happens in our surroundings at present! Free sex, pornography, alcoholic drink and drugs become youth customs in this country. Most of them always imitate what becomes “up to date” without filtering and thinking before. And they never make balance between thought and desire, planning and implementation and between ability and action. In addition, they do not preserve the Islamic laws because they think that religion is the symbol only whereas, youth is the generation next of this country. So how this country’s future is if most of them get a drop in their moral values?.
Consequently, we are the next generation of this country; we have to keep ourselves by faith, beliefs and piety in facing the globalization era. And we have to be aware of conserving the Islamic laws. Moreover we are the Islamic students have obligation to fight against the weakness of our beloved nation.
Moslem brothers and sisters!
We should not keep silent when we know the negative changes that happen in our society because of globalization era. As Islamic students we ought to become figures in anticipating the negative effects of this global era.
Allah state in the noble Quran; (Waltakum minkum ummatan yad’una ilal khoiri wa ya’muruna bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil munkar, wa ulaaika humul muflihuun)
Meaning: let there arise out of you a group of people inviting to all that is good, enjoining alma’ruf and forbidding almunkar and those who are the successful man.
Dear brothers and sisters!
The Islamic students with their moral forces and Islamic studies must be proactive to guide what is and what globalization era is for and the purpose of it. So that, let’s hope for the best. They become the public figures and they can color the social and cultural lives of their society in achieving the goal. That’s good Moslem is a good country.
Happy brothers and sisters!
As the generation next we should;take the positive effects of globalization era only, raise our taqwa and realize our religious doctrine in our daily lives, become good figures for the society in facing globalization, information and communication technology.
Kumpulan Pidato Bahasa penerjemah “Peran Siswa di Era Modern Dan Globalisasi
Lomba Pidato Bahasa Inggris
Dalam nama Allah yang dermawan dan murah hati
Pujian adalah bagi Allah, penguasa dunia, dan sekuel adalah bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya mereka. Selanjutnya, tidak akan ada permusuhan kecuali terhadap orang yang zalim.
Berkat dan salam atas nabi yang paling terhormat dan Rasul, keluarga, semua murid-Nya, dan mereka yang mengikuti mereka dalam kebaikan sampai ada penghakiman.
Dalam kesempatan baik, saya ingin menyampaikan pidato saya dengan judul;
PERAN MAHASISWA ISLAM DI ERA GLOBALISASI
Seperti kita ketahui juga bahwa globalisasi adalah era yang ditandai dengan hilang batas teritorial bangsa. Ini memungkinkan gangguan bangsa budaya. Sehingga, politik, ekonomi, budaya bangsa dapat mempengaruhi, warna dan inspirasi dari kebijakan negara lain.
Globalisasi tidak hanya memberikan efek positif dari perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang cepat tetapi juga membawa banyak tentang agama dan budaya divergensi prinsip bangsa. Mereka menjadi penyebab penurunan otonomi dan identitas bangsa.
Saudara-saudara senang!
Mari kita lebih memperhatikan apa yang terjadi di lingkungan kita saat ini! Seks bebas, pornografi, minuman beralkohol dan obat-obatan menjadi pemuda adat di negeri ini. Kebanyakan dari mereka selalu meniru apa yang menjadi “up to date” tanpa penyaringan dan berpikir sebelum. Dan mereka tidak pernah membuat keseimbangan antara pikiran dan keinginan, perencanaan dan pelaksanaan dan antara kemampuan dan tindakan. Selain itu, mereka tidak mempertahankan hukum Islam karena mereka berpikir bahwa agama adalah simbol hanya sementara, pemuda adalah generasi berikutnya dari negeri ini. Jadi bagaimana masa depan negeri ini adalah jika sebagian besar dari mereka mendapatkan penurunan nilai-nilai moral mereka?.
Akibatnya, kita adalah generasi penerus negeri ini, kita harus menjaga diri kita dengan iman, keyakinan dan kesalehan dalam menghadapi era globalisasi. Dan kita harus menyadari melestarikan hukum Islam. Selain itu kami adalah mahasiswa Islam memiliki kewajiban untuk melawan kelemahan bangsa kita tercinta.
Muslim saudara-saudara!
Kita tidak harus diam ketika kita tahu perubahan negatif yang terjadi dalam masyarakat kita karena era globalisasi. Sebagai siswa Islam kita harus menjadi tokoh dalam mengantisipasi dampak negatif dari era global.
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an yang mulia, (Waltakum minkum ummatan yad’una ilal khoiri wa bil ya’muruna ma’rufi wa yanhauna ‘anil munkar, wa ulaaika humul muflihuun)
Artinya: janganlah ada muncul dari Anda sekelompok orang untuk mengundang semua yang baik, memerintahkan alma’ruf dan melarang almunkar dan mereka yang adalah orang sukses.
Saudara-saudara!
Para mahasiswa Islam dengan kekuatan moral dan studi Islam harus proaktif untuk membimbing apa dan apa era globalisasi untuk dan tujuan itu. Sehingga, mari kita berharap untuk yang terbaik. Mereka menjadi tokoh masyarakat dan mereka dapat mewarnai kehidupan sosial dan budaya masyarakat mereka dalam mencapai tujuan. Bagus muslim adalah negara yang baik.
Saudara-saudara senang!
Sebagai generasi berikutnya kita harus; mengambil efek positif dari era globalisasi saja, meningkatkan taqwa kita dan menyadari ajaran agama kita dalam kehidupan sehari-hari, menjadi tokoh yang baik bagi masyarakat dalam menghadapi globalisasi teknologi, informasi dan komunikasi.

Peran Kepemimpinan Muda dalam Dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi

imageDewasa ini kita telah memasuki era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Era keterbukaan dan kemudahan dalam mengakses informasi. Jika kita 15 tahun yang lalu harus bersusah payah pergi ke perpusatakan untuk mencari literatur tentang suatu hal, kini dengan memanfaatkan internet search engine hal tersebut dapat dilakukan dalam hitungan di bawah satu detik.
Era TIK ini merupakan pedang bermata dua bagi bangsa Indonesia. Bisa jadi bangsa Indonesia dengan memanfaatkan TIK untuk memperkaya wawasannya. Akan tetapi, bisa saja kita menjadi bangsa yang terjajah oleh konten – konten TIK yang tidak sesuai dengan budaya kita.
Untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan TIK, kita wajib untuk menguasai penggunaan alat TIK itu sendiri. Setidaknya, kemampuan dasar penggunan piranti TIK telah kita kuasai. Jika tidak, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi, atau bahasa kininya adalah gaptek (gagap teknologi). Dengan demikian kita dapat memanfaatkannya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Era Teknologi Informasi dan Komunikasi sering kali ditafsirkan dengan era majunya piranti – piranti TIK saja. Era Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat dipahami sebagai pembentukan mindset bangsa.
Pada dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi terdapat empat karasteristik yang mendasar, yakni cepat, efektif dan efisien, jaringan luas, dan data tanpa batas. Keempat nilai tersebut bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari – hari. Dalam mengerjakan sesuatu kita harus cepat atau cekatan serta efektif dan efisien. Kita dituntut memiliki jaringan yang luas sehingga ilmu yang kita miliki dapat berkembang, seakan – akan tanpa batas.
Kepemimpinan pemuda dalam dunia Teknologi Informasi merupakan penguasaan teknologi untuk kepentingan kemajuan bangsa. Selain itu, pemuda wajib memiliki mindset TIK, yakni cekatan, efektif dan efisien, berjaringan luas, dan berwawasan luas.

Contoh Teks Pidato dengan Tema “Remaja pada era globalisasi”



Assalamu’alaikum wr. wb.

Yang terhormat, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus Bapak Drs. H. Ahmad Rif’an, M.Ag. Yang terhormat bapak dan ibu guru serta karyawan-karyawati MAN 2 KUDUS. Tidak lupa teman-temanku yang saya sayangi.
Pertama-tama, marirah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya kepada kita, sehingga kita dapat berkumpul dengan keadaaan sehat wal afiyat.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
Disini saya akan menyampaikan sedikit uraian singkat yang bertemakan “Remaja pada era globalisasi”.

Di zaman globalisaasi ini banyak sekali teknologi canggih yang dapat digunakan setiap orang termasuk anak remaja. Banyak teknologi canggih diantaranya: komputer, laptop, handphone, netbook dan teknologi yang canggih lainnya. Teknologi ini mempunyai jaringan internet yang biasanya digunakan orang-orang khususnya anak remaja.
Manfaat dari jaringan internet tersebut banyak sekali, diantaranya digunakan para remaja untuk mencari tugas, dapat mempermudah komunikasi, menghemat biaya, memberikan informasi terkini, sebagai hiburan, an lain-lain. Tetapi ada juga dampak negatifnya, diantaranya terjadinya pergaulan bebas, kriminalitas, penculikan, dan apabila dilakukan terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan dan pemborosan.
Untuk itu kita sebagai anak remaja harus berhati-hati menggunakannya. Gunakan jaringan internet tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat dan saran saya gunakanlah bila ada hal yang penting.
Demikianlah uraian singkat dari saya, semoga bermanfaat. Jika ada perkataan yang kurang berkenan dihati, saya mohon ma’af.

Wassalamu’alaikum wr. wb.